Batubarapos.com, Yogyakarta| Premanisme kembali mencoreng wajah Jalan Solo Selatan, Yogyakarta, setelah sekelompok pedagang kaki lima terlibat dalam bentrokan brutal yang terjadi pada Rabu malam, 8 Oktober 2024. Kejadian ini bukan hanya merusak properti, tetapi juga membuat sejumlah pedagang lain mengalami kerugian besar. Keluarga Batak Jogja langsung angkat suara, mengecam keras tindakan main hakim sendiri ini.

AM. Simangunsong, juru bicara Keluarga Batak Jogja, tak mampu menutupi kekesalannya. “Ini tindakan di luar nalar! Hukum seolah-olah mati di tempat kejadian. Polsek Depok Barat hanya berjarak sepelemparan batu, tapi mengapa hukum tak ditegakkan?” serunya dengan nada tinggi.
Simangunsong juga menuding adanya potensi aktor intelektual yang bermain di balik kekerasan ini. “Ini harus diusut tuntas! Siapa yang sebenarnya bermain di belakang layar? Jangan biarkan rakyat kecil terus jadi korban sementara pelaku di atas bebas melenggang,” tambahnya.
Keluarga Batak Jogja berjanji akan terus mengawal kasus ini hingga pelaku dan ‘dalang’ yang terlibat dihukum setimpal.
Namun, pendapat publik terbelah. Gilang Setiadi, seorang saksi mata, menyalahkan kedua belah pihak. “Ini bukan soal siapa yang salah duluan. Mereka berjualan di trotoar, tempat yang seharusnya untuk pejalan kaki. Izin RT atau RW tidak bisa melegalkan pelanggaran di ruang publik!” tegas Gilang.
Meski beberapa pedagang mengklaim telah mengantongi izin dari RT dan RW setempat, fakta bahwa trotoar digunakan untuk berjualan tetap melanggar aturan. Gilang menilai, terlepas dari izin lokal, yang penting adalah kepatuhan terhadap hukum kota.
Kejadian ini pun menjadi sorotan masyarakat yang mendesak aparat segera turun tangan. Tanpa penegakan hukum yang jelas, kekerasan seperti ini dikhawatirkan akan terus terulang dan merugikan lebih banyak pihak.
Public pun kini menunggu langkah tegas dari kepolisian untuk mengakhiri premanisme yang mengganggu ketertiban umum.