BATUBARAPOS.com, BATUBARA – Ada satu hal yang selalu menarik dari proyek-proyek pemerintah: sebelum selesai, pejabat datang berbondong-bondong, serius meninjau, bahkan tak lupa berfoto untuk dokumentasi. Tapi begitu proyeknya bermasalah? Mendadak semuanya menghilang, seakan tak pernah ada di sana.
Inilah yang terjadi dengan proyek tanggul Rp11 miliar di Desa Suka Raja, Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batubara. Dulu, Bupati Terpilih saat itu, Baharuddin Siagian, dan anggota DPRD Sumut, Yahdi Khoir, sempat turun langsung ke lokasi. Foto mereka berdiri gagah di atas tanggul saat masih dalam tahap pembangunan bahkan sempat diunggah di akun media sosial Bahar_Syafrizal pada 25 Desember 2024.

Dengan penuh gaya serius, seolah memastikan proyek ini bakal bertahan lama. Tapi kini, setelah beberapa bulan berlalu, tanggulnya malah retak, ambles, dan nyaris tak berbentuk. Yang dulu digadang-gadang sebagai benteng pertahanan banjir, kini malah membuat warga semakin waswas.
Tanggul Baru, Masalah Lama
Tanggul yang dikerjakan oleh CV. Razasa Agung ini kini menimbulkan banyak pertanyaan. Pasalnya, hanya dalam tiga bulan sejak rampungnya proyek, beberapa bagian sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan serius. Besi penahan bangunan tanggul tampak miring, sementara cor beton yang seharusnya menjadi pengunci besi penahan air sudah mengalami banyak keretakan.
Warga menduga kerusakan ini bisa terjadi karena beberapa kemungkinan, antara lain:
- Campuran semen yang tidak sesuai standar sehingga daya tahannya rendah.
- Perancah beton yang dibuka terlalu cepat sebelum cor mengering sempurna.
Yang jelas, proyek miliaran ini kini lebih mirip bangunan eksperimen ketimbang solusi jangka panjang bagi warga
Jadi, pertanyaannya: di mana mereka sekarang?
Apakah masih sibuk dengan proyek-proyek lain yang juga butuh latar belakang foto baru? Atau ini memang bagian dari skenario klasik: saat proyek dibangun, pejabat ramai-ramai datang; tapi saat proyek bermasalah, mereka pura-pura lupa?
Foto yang dulu dipamerkan sebagai simbol keseriusan, kini malah berubah menjadi ironi. Dulu, mereka berdiri di sana penuh percaya diri. Sekarang, tanggulnya hampir roboh, kepercayaan rakyat ikut runtuh, tapi para pejabatnya tetap tegak berdiri—di tempat lain, entah di mana. (Red)