BATUBATUBARAPOS.con, BATU BARA| Kabupaten Batu Bara kembali menjadi sorotan nasional. Menteri Kehutanan Republik Indonesia Raja Juli Antoni, MA., Ph.D bersama Wakil Menteri dr. Sulaiman Umar Siddiq hadir langsung di Pantai Sejarah, meninjau kawasan hutan mangrove yang digadang-gadang menjadi destinasi wisata berkelas nasional bahkan internasional.

Kedatangan Menteri dan Wamen Kehutanan disambut penuh adat Melayu oleh Bupati Batu Bara, H. Baharuddin Siagian, SH, M.Si dan Wakil Bupati Syafrizal, SE, M.AP. Tengkuluk dan kain songket disematkan sebagai tanda kehormatan dan penghormatan di tanah Melayu Batubara.
Simbol Kepedulian Lingkungan
Usai penyambutan, Menteri, Wamen, bersama Bupati dan jajaran Forkopimda melakukan penanaman pohon mangrove. Kegiatan ini bukan sekadar seremonial, melainkan simbol komitmen untuk menjadikan hutan mangrove sebagai warisan lingkungan dan sumber ekonomi baru.
Tak hanya itu, rombongan juga memanen kepiting bakau hasil budidaya kelompok tani, sekaligus meninjau habitat burung migran langka yang selama ini menjaga ekosistem Pantai Sejarah tetap hidup.
Apresiasi untuk Pejuang Mangrove
Dalam dialog interaktif, Menteri Kehutanan menyampaikan apresiasi tinggi kepada Azizi dan Kelompok Tani Cinta Mangrove (KTCM) yang selama ini menjadi garda terdepan menjaga kawasan.
“Pemberantasan illegal logging memang tidak mudah karena ada faktor ekonomi masyarakat. Namun, kita harus berani memilih jalan pelestarian. Hutan mangrove jika dijaga dengan baik bisa menjadi sumber ekonomi yang jauh lebih besar, seperti wisata alam di Pantai Sejarah ini,” ujar Menteri Kehutanan.
Bupati Baharuddin Siagian: Batu Bara Siap Jadi Ikon Wisata Mangrove
Bupati Baharuddin Siagian menegaskan komitmen Pemkab Batu Bara menjaga kawasan pesisir. Ia bahkan sudah membentuk tim bersama Forkopimda untuk menertibkan kepemilikan lahan ilegal di kawasan pantai.
“Kawasan pesisir tidak boleh dikuasai pribadi. Pesisir dan hutan adalah milik masyarakat dan harus dijaga bersama,” tegasnya.
Bupati juga memaparkan bahwa Pemkab telah membuka kerja sama dengan banyak pihak, termasuk yayasan pecinta lingkungan hingga perguruan tinggi luar negeri, untuk memperkenalkan Pantai Sejarah ke dunia internasional.
Lebih jauh, Bupati menilai mangrove bukan hanya menjaga lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru.
“Pantai Sejarah punya potensi besar, termasuk melalui penyerapan emisi karbon. Dengan pengelolaan tepat, Batubara bisa menjadi contoh daerah yang berhasil menyatukan konservasi, pariwisata, dan kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya.
Batu Bara Menuju Panggung Dunia
Kunjungan Menteri Kehutanan ini menjadi sinyal kuat bahwa Kabupaten Batu Bara memiliki posisi strategis dalam agenda nasional pelestarian mangrove.
Dengan dukungan pemerintah pusat, komitmen daerah, dan partisipasi masyarakat, Pantai Sejarah bukan hanya sekadar destinasi lokal, tetapi sedang melangkah menuju ikon wisata ekologi dunia dari Sumatera Utara. (Red)